JABARONLINE.COM — Dampak banjir dan longsor di Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, kian meluas. Hingga Rabu (17/12/2025), puluhan kepala keluarga dilaporkan terisolasi akibat terputusnya akses penghubung antarwilayah. Kondisi ini membuat distribusi bantuan logistik belum dapat menjangkau seluruh warga terdampak.
Berdasarkan data sementara yang dihimpun pemerintah desa, Kampung Cisarua RT 03 RW 15 menjadi salah satu wilayah paling terdampak. Sebanyak 21 kepala keluarga dengan 71 jiwa terisolasi dan terpaksa bertahan di rumah masing-masing karena tidak memiliki jalur evakuasi.
Terputusnya akses terjadi sejak jembatan penghubung hanyut akibat banjir besar pada Maret 2025 lalu. Hingga kini, jembatan tersebut belum tergantikan, sehingga saat bencana kembali melanda, warga tidak memiliki alternatif jalur penyelamatan.
“Kampung Cisarua ini benar-benar terisolasi. Tidak ada akses penyeberangan karena jembatan sudah hanyut sejak banjir Maret lalu. Warga terpaksa bertahan di rumah masing-masing karena tidak memungkinkan untuk mengungsi,” ujar Ruyatman, Kasi Pelayanan Desa Cidadap, Rabu (17/12/2025).
Selain Cisarua, bencana juga berdampak pada Kampung Sawah Tengah dengan 24 kepala keluarga dan 71 jiwa, serta Kampung Babakan Cisarua yang mencatat 48 kepala keluarga dengan 145 jiwa terdampak. Berbeda dengan Cisarua, dua kampung tersebut masih memiliki akses evakuasi dan saat ini sebagian warganya mengungsi di SDN Kawung Luwuk.
Sementara itu, warga di Kampung Cipanas dan Kampung Cikadaka RT 03 RW 14 turut terdampak banjir, namun masih bertahan di rumah masing-masing. Keterbatasan kapasitas tempat pengungsian menjadi alasan utama mereka tidak direlokasi ke posko.
“Untuk warga Cipanas dan Cikadaka, kondisi rumah masih bisa ditempati. Selain itu, posko pengungsian juga cukup sempit, sehingga belum memungkinkan menampung semuanya,” tambah Ruyatman.
Masalah krusial kini muncul pada pemenuhan kebutuhan pokok warga yang terisolasi. Hingga Rabu siang, belum ada bantuan logistik yang berhasil masuk ke Kampung Cisarua akibat sulitnya akses menuju lokasi.
“Untuk warga yang terisolasi di Cisarua, bantuan bahan pokok belum bisa disalurkan karena akses sangat sulit,” jelasnya.
Di sisi lain, kondisi logistik di posko pengungsian juga masih terbatas. Jumlah bantuan dinilai belum sebanding dengan terus bertambahnya jumlah pengungsi.
“Bantuan memang sudah ada, baik dari relawan maupun anggota dewan, tapi belum mencukupi. Jumlah pengungsi terus bertambah,” kata Ruyatman.
Selain kebutuhan pangan, pengungsi juga sangat membutuhkan perlengkapan bayi, pakaian layak, selimut, dan alas tidur. Cuaca hujan dan suhu dingin memperparah kondisi pengungsi, sementara sebagian besar barang pribadi tidak sempat diselamatkan saat air datang secara tiba-tiba.
"Tak hanya itu, obat-obatan juga menjadi kebutuhan mendesak di lokasi pengungsian karena mulai muncul keluhan kesehatan," pungkasnya.***